CLARET: MISIONARIS APOSTOLIK
(P. John, CMF)
1. Pengantar: Detak
Nadi Sang Misionaris
Darah dan gairah
sebagai misionaris adalah sesuatu yang inheren
dalam detak nadi hidup dan karya Pater Claret. Sejak menjadi Pastor rekan dan
ekonom selama 4 tahun berkarya di Paroki St. Maria Sallent, dia sungguh
menyadari bahwa dirinya tidak cukup
hanya menjadi seorang imam projo, yang hanya melayani di satu paroki saja. Dia
merasa terpanggil untuk melayani melampaui territorial Cataluña, menjadi
misionaris universal. Detak nadi misionernya menggerakan dia untuk tidak merasa
nyaman dan puas dengan hanya memimpin misa dan melayani sakramen; Claret
menyadari bahwa Allah memanggil dan mengutusnya untuk menjadi pewarta Sabda
yang meretas batas-batas parokial, membawa sukacita Injil kepada semua orang dan segala bangsa, khususnya pertobatan
bagi para pendosa, pembebasan bagi mereka yang tertindas dan kabar baik bagi
mereka yang sakit dan miskin (cf. Aut. 110, 111).
Dalam penjelasan
tentang perumpamaan talenta, sebagaimana Claret kisahkan dalam Avisos a un sacerdote (apendiks no. 12),
ia menunjukan perbedaan antara seorang misionaris dan seorang pastor paroki.
Keduanya telah menerima talenta imamat, pastor paroki menerima satu talenta
tambahan, yaitu paroki, sementara seorang misionaris telah menerima empat
talenta lain, yakni seluruh dunia. Dalam satu surat kepada seorang calon
misionaris yang tergoda untuk menjadi seorang canonis ia menulis: "Perlu
diingatkan bahwa menjadi seorang misionaris itu lebih dari seorang pastor
paroki, lebih dari seorang canonis, lebih dari… Bahaya-bahaya yang ada dalam
dua status ini lebih besar dan hasilnya kurang dibandingkan dengan status
sebagai misionaris" (Epistolario,
surat 886).
Pasion misionarisnya ini berbasiskan pada kecintaanya yang
luarbiasa akan Sabda Allah. Bisikan profetis nabi Yesaya dan Yeremia
menginspirasi dan mendorongnya untuk menjadi corong Sabda Allah (Aut. 113-120).
Claret merasa terpanggil untuk meneladani dan menyerupai Yesus yang mewartakan
Sabda Allah dari satu tempat ke tempat yang lain. Mosen Claret menyadari bahwa "kegalauan teologis" akan
pengalaman mistiknya ketika masih berumur 5 tahun: selamanya, selamanya,
selamanya…penderitaan abadi itu hanya bisa terjawab secara ekslusif melalui
pewartaan Sabda; hanya kehangatan dan ketajaman Sabda Allah yang mampu
menobatkan dan menyelamatkan manusia dari ancaman derita kekal. Kesadaran
soteriologis inilah yang membuat Claret tidak pernah merasa lelah untuk
berkotbah dan menobatkan begitu banyak orang. Detak nadi misionaris dan pasión
akan Sabda Allah inilah yang menyakinkan pater Claret pada September 1839
meninggalkan spanyol dan pergi ke Roma untuk menyerahkan diri pada Propaganda
Fide agar bisa diutus menjadi misionaris ke seluruh penjuru dunia.
2. Misionaris Apostolik: Identitas Panggilan dan Misi Claret
Pada bulan Juli 1841
Claret menerima gelar “Misionaris Apostolik” dari Tahta Suci. Sebuah gelar yang
mengindikasi bahwa seseorang menerima previllage
atau hak istimewa secara yuridis yang mengizinkannya untuk berkotbah di mana
saja, tanpa terikat pada satu paroki atau keuskupan tertentu. Bagi Claret,
gelar ini bukan hanya sebatas suatu kehormatan ataupun sesuatu yang yuridis,
melainkan sebuah gelar yang mengkonfirmasi semangat dan gairah misioner yang
sudah terpatri dalam dirinya sejak lama. "Misonaris Apostolik"
merupakan gambaran yang lebih otentik dan mendalam berkaitan dengan
personalitas Pater Claret. Gelar "Misionaris Apostolik"
mengekspresikan definisi dirinya yang esensil (Cf. MCT 56). Seluruh
dinamika hidup panggilan dan misi Pater Claret senantiasa dijiwai oleh roh
misionaris apostolik tersebut. Hidup,
panggilan dan misi Claret selalu berdimensi apostolik.
Claret memahami kata "Misionaris" sebagai karya
evangelisasi, mewartakan Sabda Allah, sebagaimana dihidupi oleh para nabi,
sembari mengesampingkan struktur-birokrasi pastoral dan sacramental. Baginya,
kata misionaris berkaitan erat dengan Pribadi Kristus: Yang Diurap dan Diutus;
Yesus Kristus adalah "Cabeza de los
misioneros" (Kepala dari para misionaris). Kesadaran kristologis
inilah yang terus menggerakan Claret untuk menyerupai Kristus, menyatukan
dirinya dengan-Nya, mengikuti dan menderita bersama-Nya demi pewartaan Sabda
Allah. Claret merasa terpanggil untuk menyerupai seutuhnya Yesus yang
mewartakan Kabar Baik, berjalan dari satu tempat ke tempat yang lain, dan
bahkan berpuncak pada pengorbanan di Salib. Singkatnya, Claret bertekad
menyerupai kemisionarisan Yesus sendiri.
Demikianpun, Claret menginterpretasi kata
"Apostolik" berkaitan dengan corak hidup dan misi Para Rasul. Mereka
terpanggil hidup secara dekat dengan Yesus, dan mereka diutus untuk mewartakan
Injil sampai ke ujung dunia. Claret juga memahami kata apostolik sebagai corak
hidup yang berpusatkan pada kemiskinan, dan kesiapsediaan untuk diutus kemana
saja dalam spirit itinerant yang konstan, serta hidup dalam komunitas dan
persaudaraan demi pelayanan akan pewartaan Injil.
3. Karakter-Karakter Misionaris Apostolik Claret
Totalitas hidup dan karya Pater Claret seutuhnya
berfondasikan pada identitasnya sebagai "Misionaris Yesus Kristus"
seturut gaya dan corak hidup Para Rasul. Kita dapat menyebutkan beberapa
karakter fundamental Misionaris Apostolik Claret:
Pertama, Pasion-Gairah. Pater Claret
mendefinisikan "pasion" sebagai kasih yang bernyala-nyala (cf.
Aut.381). Dia mengutip kata-kata St. Agustinus: "kasih dikenal melalui pasion. Siapa yg tdk memiliki pasion berarti tak
memiliki kasih". Claret memahami Kasih itu sebagai “ser activo y sufrir" (menjadi
aktif dan menderita):memasuki pekerjaan-pekerjaan, berkorban dan menderita demi
kemulian Tuhan dan kebaikan sesama (cf. Aut. 382).Bagi Claret, seorang
misionaris harus memiliki "gairah apostolik“ dan terdorong selalu oleh
kasih Kristus (Caritas Christi Urget Nos). Namun, sebagaimana diyakini
Claret, Pasion itu bukanlah produksi dari usaha dan jasa manusia, melainkan
sebuah anugerah dari Roh Kudus. Maka, seorang Misionaris Apostolik itu diurapi
dan diutus oleh Roh Kudus (Aut.118). Keterbukaan terhadap daya Roh Kudus
menjadikan seorang misionaris mencintai dan berpasion-gairah akan pewartaan
Sabda Allah.
Kedua, Diutus. Claret memahami semangat
misionernya dgn kata-kata: “spiritus Domini super me et evangelizare
pauperibus misit me Dominus (Aut. 118; Lk. 4:16-) – Roh Tuhan ada padaku, untuk mewartakan Kabar Baik kepada orang-orang
miskin. Claret meghayati pengurapan dan perutusan oleh Roh Kudus untuk
mewartakan kabar gembira kepada orang miskin. Dalam seluruh karya misinya,
Claret selalu bersedia untuk diutus kemana saja (Aut. 156,161). Dimensi
perutusan ini senantiasa dibingkai oleh sikap taat dan setia selalu pada
perutusan uskup (Aut. 195), bukan demi “keinginan pribadinya” (Aut.194, 196); Claret
senantiasa mengutamakan “perkara-perkara Gereja” (Aut.734, 735). Pater Claret
sungguh menyadari bahwa Ketaatan akan perutusan menjadikan kerasulan kita akan
menghasilkan buah (Aut. 192).
Ketiga, Kesaksian. Bagi Claret, seorang misionaris
apostolik hendaknya menghayati gaya hidup yang sungguh apostolik dan injili. Seorang
misionaris adalah tanda dan saksi akan Kerajaan Allah dan Injil Kristus.
Demikian digarisbawahi oleh Claret dalam autobiografinya: “Dengan meneladani
Kristus, seorang misionaris harus membuat dan mempraktekan lebih dahulu,
barulah mengajar” (Aut. 340). Hal ini selaras dengan pernyataan Dokumen Kapitel
Mision Claretian Today: "Kesaksian
hidup adalah sarana istimewa bagi evangelisasi. Evangelisasi tanpa kesaksian hidup
yang benar maka karya pewartaan kita mustahil bisa dipercayai" (MCT 152).
Keempat, Kerasulan lingkar luar-periferi. Dalam
seluruh hidup dan pelayanannya, Claret selalu menunjukan kedekatan,cinta dan
kepedulian terhadap mereka yang miskin. Dia merasa dipanggil dan diutus untuk
mewartakan Injil dan berpihak terhadap orang-orang kecil dan miskin. Sikap option for the poor bukanlah sebatas
pada rasa iba atau belaskasihan, melainkan secara nyata dan total bersolider
dan berpihak terhadap orang-orang kecil dan miskin yang dijumpainya dalam
ziarah misionernya. Dalam Autbiografinya kita dapat menemukan beberapa contoh
kongkrit tindakan bela rasa dan solidaritas Claret terhadap mereka, misalnya:
dia merelakan jatah makan siang diberikan kepada seorang janda yang anaknya
kelaparan; dia tidak merasa sungkan menerima ajakan seorang pengemis untuk
makan bareng sepiring buncis bersama-sama; dia tidak pernah merasa lelah
mengunjungi orang sakit baik siang maupun malam; Claret selalu membela keadilan
dan martabat kaum negro serta menyediakan lapangan kerja selama menjadi Uskup
di Kuba; selama dia menjadi Bapa Pengakuan Ratu dia tidak mau tinggal di dalam
kenyamanan dan kemewahan istana, tetapi meminta tinggal di luar istana supaya
dapat melayani orang-orang kecil dan miskin…. Masih banyak contoh kongkrit
lainnya yang menunjukan betapa besar solidaritas dan keberpihakan Claret
terhadap mereka yang kecil dan miskin.
Kelima, Komunitas "Sarang Lebah". "….rumah kami seperti sarang lebah, yang satu keluar yang lain masuk menurut ketentuan
yang saya berikan kepada mereka, dan mereka semua selalu sangat gembira dan
bahagia. Maka orang-orang di luar heran akan apa yang mereka lihat, dan memuji Allah" (Aut. 608). Bagi Claret, keteraturan hidup dan
persaudaraan dalam komunitas menjadi tanda kesaksian yang efektif dan kekuatan
evangelisasi. Hidup persaudaraan komunitas selain menjadi kekuatan demi
kesuksesan dalam bermisi, juga saksi nyata akan Kabar Baik dan sukacita Injil
bagi sesama. Kasih, keramahtamaan,
solidaritas, communio, sehati sejiwa dalam hidup bersama akan menjadikan
komunitas kita “sarang lebah”, yang menghasilkan madu sukacita bagi orang-orang
di sekitar kita.
4. Catatan Ahkir
Kongregasi
kita telah mencanangkan bulan Oktober 2019 sebagai "Bulan Misi
Extraordinary-Luar Biasa". Sebagai Misionaris Claretian, kita dipanggil
untuk belajar dan menyerupai spirit Misionaris Apostolik St. Antonius Maria
Claret. Di tengah arus gelombang perubahan zaman now, kita dituntut untuk tetap
teguh dan setia pada kharima misioner yang telah diwariskan oleh Bapa Pendiri
kita. Kita semua diminta untuk tidak melupakan identitas kita di tengah dunia
dan Gereja, yakni sebagai Misionaris-pewarta Sabda Allah. Misionaris adalah ADN
kita sebagai Claretian. Missionarii
sumus…Somos Misioneros…We are Missionaries…KITA
ADALAH MISIONARIS.
Bibliografi:
1. Jose Maria Viñas
dan Jesus Bermejo, San Antonio Maria Claret, Autobiografia, Editoral Claretiana,
Barcelona, 2018.
Emilio Vicente Mateu, San Antonio María Claret, Misionero Apostólico, Publicaciones
Claretiana, Madrid, 2017.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar