Kamis, 27 Februari 2020

claret "27 February

27 FEBRUARI
A) CLARET
1850. Claret berkomunikasi dengan P. Esteban Sala, yang sedang berkotbah di Tarragona, mengenai proyeknya untuk segera mendirikan sebuah rumah di Barcelona, yang akan ditempati oleh P. José Caixal dan dengan demikian ia dapat mengurus La Librería Religiosa [Perpustakaan Religius].
1854. Kemungkinan pada tanggal inilah Claret menulis kepada Kapten Jenderal Kuba pembelaan terakhirnya mendukung perkawinan campur.
1863. Hari-hari ini, atas permintaan nuncio, Claret membela dengan berani di hadapan Ratu untuk tidak mengizinkan pengunduran diri P. Félix de Cádiz sebagai Uskup Kota itu.

B) KONGREGASI: SITUASI INSTITUSI PADA AKHIR ABAD XIX

P. Clotet telah mewujudkan arah menuju pembentukan Provinsi dalam Kongregasi. Namun, P. Xifré mendukung model Kongregasi yang lebih tersentralisasi. Kapitel tahun 1888 telah mengangkat masalah tersebut dan telah ditolak rencana pembentukan dimaksud. Akan tetapi, ia kembali mengangkat tema tersebut dalam Kapitel Umum Luar Biasa VIII pada tahun 1895, yang diselenggarakan di Santo Domingo de la Calzada, yang pada akhirnya dengan suara bulat terjadilah pembagian dalam dua provinsi: Cataluña dan Castilla. Namun, tidak ditentukan secara jelas fakultas-fakultas para Provinsial. Diadakan lagi Kapitel Umum Luar Biasa pada bulan Mei 1896 di mana tema ini dibahas, namun alhasil situasi tersebut juga tidak diklarifikasi. 
Pada saat itu telah meninggal salah satu ko-pendiri, P. Domingo Fábregas. Dan rangka Pater Claret telah dipindahkan dari Fontfroide ke Vic (1897). Dengan alasan inilah dirayakanlah sebuah penghormatan yang besar untuk P. Claret, yang saat itu berstatus Hamba Allah, dengan beberapa upacara pemakaman yang mengharukan yang dipimpin oleh Uskup Vic di Katedral, didampingi oleh Uskup Segorbe, Mgr. Francisco de Asís Aguilar dan Kepala Biara Fontfroide: Marie-Jean L. Bousquet.

C) TOKOH: BEATO JOSÉ TOUS; PENDIRI (1811-1871)
Igualada (Barcelona, Spanyol). Dalam Ordo Kapusin ia melihat semua cita-citanya sudah direalisasikan. Pada tahun 1835, oleh karena eksklaustrasi dan pengasingan, Abad José pergi ke Italia. Kemudian ia tinggal di Toulouse (Prancis) di mana ia menjalankan pelayanan kerasulannya sebagai Pastor Kapelan untuk para Suster Benedictinas del Santísimo Sacramento [Benediktin dari Sakramen Mahakudus] selama tujuh tahun. Pada tahun 1843 situasi politik memungkinkan dia untuk kembali ke Cataluña. Perasaan kasih sayang terhadap anak-anak dan orang muda bersimpul cocok dengan impian para perempuan muda: Isabel Jubal, Marta Suñol, dan Remedio Palos di Ripoll. Setelah membuat konsultasi mengenai proyek tersebut dengan P. Claret, teman masa kecilnya P. Tous, ia setuju untuk membimbing mereka menjadi Suster Capuchinas de la Madre del Divino Pastor [Kapusin dari Bunda Gembala Ilahi]. Ia kemudian berkolaborasi dengan Pemimpin Umum, Beata María Ana Mogas untuk pendirian biara Suster Franciskan Misioneras de la Madre del Divino Pastor [Misionaris Suster Fransiskan dari Bunda Gembala Ilahi] di Madrid, dengan didukung baik oleh P. Claret maupun oleh P. Esteban Sala. Ia meninggal ketika sedang merayakan Ekaristi di kapela Kolegio milik para suster Kapusin di Barcelona.

D) POIN PENTING: Dampak dari Kemiskinan Apostolik

Pada pelayaran hari berikutnya ... setelah selesai berdoa, seorang pria berkebangsaan Inggris mendekati saya… dan, setelah bercakap-cakap sebentar, ia pergi ke kabinnya dan tak lama kemudian ia kembali mendekati saya dengan membawa beberapa uang perak di atas dulang. Ketika melihatnya datang, saya berpikir: “Apa yang akan engkau lakukan? Apakah engkau akan menerima atau tidak uang tersebut?” Dan saya berkata kepada diri saya: “Engkau tidak memerlukannya, tetapi orang-orang Spanyol yang malang itu membutuhkannya; maka engkau akan menerimanya dan membagikannya kepada mereka”. Dan itulah yang saya lakukan... (Auto 133).
Semua kejadian ini menguatkan saya dalam kepercayaan yang saya miliki, bawha untuk membangun dan mendorong orang, sarana yang paling baik dan efektif adalah melalui teladan yang baik, kemiskinan, ketidakterikatan pada barang-barang duniawi, tidak makan, mati raga, dan penyangkalan diri. Orang Ingris itu, yang tampil dengan kemewahan timur, ke dalam kapal ia membawa serta mobil, pelayan-pelayan, burung-burung dan anjing-anjing, yang bisa dibayangkan bahwa penampilan saya telah membuatnya merasa jijik terhadap saya; akan tetapi, ketika melihat seorang imam yang miskin,  tidak terikat pada barang-barang duniawi dan berugahari, hatinya tersentuh begitu dalam sehingga ia sendiri tidak tahu bagaimana menunjukkan kekagumannya. Dan bukan hanya dia, melainkan semua penumpang yang jumlahnya tidak sedikit itu, semuanya menunjukkan hormat dan cinta yang besar kepada saya... (Auto 135).

E) REFLEKSI PRIBADI
1. Apakah kesederhanaan hidup Anda berdampak pada orang-orang di lingkungan Anda atau tidak?
2. Bagaimana Anda menghidupi solidaritas dengan orang miskin di lingkungan tempat Anda tinggal 
3. Dalam hal apakah orang miskin menjadi orang-orang yang paling dikasihi dalam misi Anda?
4. Kisahkanlah beberapa pengalaman perjumpaan Anda dengan dunia kemiskinan.
5. Apakah Anda berbicara dengan orang miskin ataukah hanya berbicara tentang mereka? Kapankah terakhir kali Anda berkontak dengan salah satu dari mereka itu?
6. Baca dan berdoalah dari Mat. 25.

F) KATA-KATA INSPIRATIF
“Sama seperti bagi St. Paulus, penderitaan jasmaniah oleh karena kasih kepada Kristus telah disertai oleh rahmat stigmatisasi spiritual: rahmat penyerahan diri yang total kepada Sang Penebus, rahmat persekutuan dengan penderitaan-penderitaan-Nya ” (Juan M. Lozano, Seorang Mistikus Aksi).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar